KISAH SITI SALIMAH SEORANG PENGUSAHA TEMPE SEJAK 19 TAHUN LALU
POTENSI DESA | Tempe merupakan salah satu makanan olahan dari kedelai yang banyak digemari oleh banyak orang dari berbagai kalangan masyarakat. Salah satu hal yang membuat makanan ini menjadi favorit yaitu harganya yang murah, bisa diolah menjadi berbagai jenis makanan, dan yang paling penting, kaya akan berbagai macam nutrisi. Tempe mengandung protein yang tinggi dan rendah kandungan lemak.
Kelezatan tempe membuka peluang pasar bagi para pengusaha tempe, salah satunya seperti Siti Salimah (56), warga Desa Balingasal, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen. Siti sudah menggeluti usaha dibidang tempe buntel sejak tahun 2002. Usahanya terus berkembang dan eksis hingga sekarang.
Tempe buntel adalah tempe dibungkus dengan daun pisang. Ada juga tempe yang dibungkus dengan daun jati, meski sekarang sudah sangat jarang ditemui.
Di masa yang serba modern, semua hal dikerjakan dengan instan. Tidak terkecuali dengan pembuatan tempe. Akhir-akhir ini banyak sekali tempe yang dibungkus menggunakan plastik. Namun, Siti tetap konsisten menggunakan daun pisang untuk membungkus dagangannya. Di tengah ketatnya persaingan penjual tempe yang menggunakan plastik sebagai pembungkus yang dinilai lebih praktis, Siti masih setia dengan daun pisangnya. Keberadaan daun pisang ini membuat proses fermentasi tempe menjadi lebih kaya rasa dan aroma. Selain itu, ada klaim yang menyebut kandungan polifenol pada daun membuat tempe jenis ini lebih tinggi kandungan antioksidannya.
Tempe buntel yang dijual Siti dibandrol dengan harga Rp.300,00 untuk buntelan tempe kecil. Sedangkan tempe dengan buntelan lebih besar dibandrol dengan harga Rp.500,00. Dalam sehari Siti bisa mengolah 5-10 kilogram kacang kedelai menjadi tempe. Omset yang bisa Siti kantongi dalam sehari sekitar Rp.150.000,00. Sebenarnya Siti juga menjual tempe benguk, tempe yang bahan utamanya terbuat dari kacang koro. Bentuk kacangnya lebih besar dibanding kedelai. Namun, tempe benguk hanya dijual pada musim-musim tertentu.
Target pasar Siti, merupakan masyarakat yang berada di wilayah sekitarnya. Tempat dagangnya terletak di Pasar Kenayan, Desa Balingasal, Kecamatan Padureso, Kabupaten Kebumen. Pasaran dilaksanakan pada setiap hari Minggu, Selasa, dan Jumat. Di waktu yang lain, Siti juga menerima pesanan dari warung-warung makan. Ada sekitar 5 warung makan yang sudah menjadi pelanggannya. Siti juga biasanya kebanjiran pesanan saat ada orang hajatan. Sampai-sampai pernah kekurangan bahan dan tenaga untuk memenuhi kebutuhan pasar. Keterbatasan tenaga akhirnya membuat Siti memutuskan untuk memperkejakan seorang pekerja untuk membantunya.
Kisah Siti merupakan salah satu contoh pengusaha yang telaten dan konsisten dalam berbisnis. Tempe miliknya juga menjadi salah satu primadona karena rasanya yang khas dan sudah diakui kelezatannya. Sudah sejak 19 tahun lalu beliau menekuni pekerjaannya. Setiap orang sejatinya punya peran masing-masing, begitu pula Siti yang secara tidak langsung menjadi tonggak pemenuhan olahan makanan sehat kaya protein untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Dari kisah Siti Salimah, kita belajar bahwa kisah inspiratif bisa datang dari mana saja. Siti yang sudah hampir memasuki usia senja tetap semangat bekerja. Selama belasan tahun beliau juga berhasil menjaga konsistensi kualitas produk tempenya sehingga masih bisa tetap bersaing hingga sekarang.