INFORMASI :

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA BALINGASAL KECAMATAN PADURESO KABUPATEN KEBUMEN

RENGGINANG KREZZ PELOPOR UMKM DI BALINGASAL

RENGGINANG KREZZ PELOPOR UMKM DI BALINGASAL

RENGGINANG KREZZ PELOPOR UMKM DI BALINGASAL

POTENSI DESA | Bisnis makanan di Indonesia khususnya bisnis makanan ringan telah berkembang dengan sangat pesat, bahkan kini makanan ringan hasil produksi industri rumah tangga atau yang dikenal dengan nama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Usaha mikro kecil menengah adalah sebuah sektor usaha yang dijalankan oleh masyarakat kecil, memiliki jumlah yang sangat besar secara kuantitas, dikelola secara tradisional, sebagian besar tidak memiliki legalitas sehingga pekerja-pekerjanya tidak memperoleh perlindungan yang memadai dari sisi perundang-undangan dan dianggap sebagai sektor ekonomi yang tidak memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional.

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UMKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik sektor tradisional maupun modern. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Saat krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, di mana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut.

Salah satu jenis usaha UMKM yang kami temui adalah usaha produksi industri rumahan rengginang milik Ibu Yatinah (59) yang beralamat di Balingasal tepatnya di Dusun Bleber RT 02 RW 05, Padureso, Kebumen. Rengginang merupakan salah satu makanan tradisional yang masih ada sampai saat ini di Desa Balingasal, bahkan rengginang dijadikan sebuah peluang usaha oleh Ibu Yatinah yang diberi nama “Rengginang Krezz” karena kerenyahannya yang berbeda dari rengginang pada umumnya. UMKM ini masih aktif melakukan produksi setiap harinya karena sumber bahan baku yang cukup memadai dan mudah didapatkan di desa ini. Dengan sumber bahan baku yang memadai maka Ibu Yatinah memilih usaha sampingan sebagai pengelola rengginang.

Ibu Yatinah berkeinginan mengembangkan usaha rengginang Krezz untuk menambah sumber pendapatan yang selama ini hanya berasal dari penjualan hasil pertanian. Usaha rengginang Ibu Yatinah telah berlangsung sejak 2000. Ibu Yatinah dapat dikatakan sebagai pelopor usaha Rengginang di Desa Balingasal. Berbekal resep dari keluarganya akhirnya bisa berkembang sampai sekarang ini.  “Pada awalanya sudah pernah merintis usaha makanan ringan seperti lanting, gorengan tipis dan aneka camilan lainnya namun usaha inilah yang bisa konsisten sampai sekarang” kata Ibu Yatinah.

Ibu yatinah melihat peluang besar dari usaha rengginang karena permintaan rengginang ini relatif stabil bahkan cenderung mengalami kenaikan sewaktu-waktu. Jumlah permintaan pasar yang meningkat membuat prospek UMKM rengginang sangat menjanjikan. Apalagi masyarakat sekarang lebih suka makanan tradisional daripada makanan modern. Pada awal merintis rengginang hanya bermodalkan uang 1 juta rupiah yang digunakan untuk membeli bahan baku berupa beras ketan dan peraralat penunjang produksi lainnya. Mulanya hanya memproduksi 5 kg beras ketan yang kemudian di pasarkan sendiri ke warung-warung sekitar. Proses pembuatan rengginang ini juga cukup mudah tidak terlalu banyak tahapan. Pertama dicuci bersih terlebih dulu, setelah itu direndam 4-5 jam. Kemudian ditiriskan, kukus beras ketan yang telah direndam selama 30 menit atau sampai setengah matang, lalu pindahkan beras ketan yang telah dikukus ke dalam baskom. Beras ketan yang sudah diangkat di campur dengan bumbu yang telah dihaluskan beserta air. Kemudian di aduk hingga merata lalu kukus kembali beras ketan yang telah di bumbui selama 15 menitan sampai benar-benar matang. Setelah itu dicetak dalam bentuk cakram pipih dan selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur menggunakan rigen atau tampah dari bambu berukuran besar di bawah terik sinar matahari. Penjemuran dilakukan selama 1-2 hari tergantung kondisi cuaca. Hal ini juga menjadi salah satu kendala dalam proses produksi selama musim hujan karena proses pengeringan rengginang tergantung pada sinar matahari sehingga mengharuskan memproduksi rengginang lebih banyak pada musim kemarau. Kata Ibu Yatinah, “Saat banyaknya pesanan kadang-kadang tidak bisa memenuhi permintaan konsumen dikarenakan cuaca yang kurang mendukung padahal permintaannya tinggi.” Selama proses produksi Ibu Yatinah dibantu oleh suaminya M. Tamyis (65) beserta anggota keluarganya.

Setelah proses penjemuran, rengginang yang sudah kering dikemas. Ibu Yatinah biasanya menjual rengginang dalam bentuk mentah yang dikemas menggunakan plastik dan ditempelkan label dagang beserta informasi terkait produk. Rengginang yang diproduksi Ibu Yatinah ada dua varian rasa yaitu original dan terasi. Dengan usahanya yang semakin berkembang, sekarang Ibu Yatinah sudah bisa memproduksi hingga 20 kg beras ketan dalam sehari. Jika bulan ramadhan tiba dan mendekati lebaran, permintaan rengginang naik bahkan dalam sehari mencapai 50-60 kg beras ketan. Pemasaran tidak hanya dititipkan di warung-warung terdekat saja tetapi sudah sampai luar kota, ada juga beberapa orang yang mengambil produknya untuk dijual kembali dan pesanan dari masyarakat sekitar untuk makanan atau bawaan pada acara pernikahan, selamatan atau hari-hari besar keagamaan. Saat mudik lebaran pun banyak perantauan yang memesan untuk dibawa pulang ke kotanya masing-masing seperti Bandung, Cikampek, Jakarta, Tangerang, Semarang dan kota lainnya. Harga jual rengginang dibandrol dengan harga 11.000/bungkus untuk hari biasa dan 12.000/bungkus untuk hari raya.

Seiring berkembangnya usaha, pemasarannya pun sudah menjangkau ke berbagai daerah. Dengan kualitas rasa yang enak, gurih, dan renyah menjadikan minat beli masyarakat tinggi, karena rengginang ini bisa di jadikan cemilan untuk di rumah saat santai ataupun untuk pelengkap makan. Sekarang Ibu Yatinah sudah memperoleh keuntungan dari hasil usahanya sebesar 1,5 juta rupiah/bulan jika saat musim lebaran bisa menembus hingga 3 kali lipat. Selama ini pemasaran hanya dilakukan secara konvensional belum merambah ke digital atau secara online. Ibu Yatinah berharap usahanya bisa terus berkembang lebih maju dan membuka peluang tenaga kerja agar makanan khas tradisonal ini terus bertahan.

Pemerintahan Desa Balingasal juga sangat antusias dalam mendukung memajukan industri rumah tangga dan kegiatan-kegiatan rumahan yang bersifat positif misalnya dalam berwirausaha, dengan adanya UMKM rumahan yang dikelola oleh masyarakat setempat dapat meningkatkan perekonomian keluarga dan mengurangi tingkat pengangguran. Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Pengembangan dan pertumbuhan UMKM merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi pembangunan ekonomi masyarakat.

PENULIS : GOLTRIYANTO

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

2.604 Pegawai Honorer di Kebumen Bakal Segera dapat THR
Gelar Rakor Ekuinda, Kebutuhan Bahan Pokok di Kebumen Terpantau Aman
Kali Pertama, Bupati Kebumen Sahur Bersama Warga di Dusun Terpencil
Bupati Kebumen Serahkan 101 Sertifikat Tanah ke Warga Desa Poncowarno
Bupati Kebumen Tepis Anggapan Sempor dan Gombong Tidak Disentuh Pembangunan

Arsip Potensi Desa

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2