INFORMASI :

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PEMERINTAH DESA BALINGASAL KECAMATAN PADURESO KABUPATEN KEBUMEN

Layang-layang, Permainan Tradisional Segala Usia

Layang-layang, Permainan Tradisional Segala Usia

BERITA DESA | Di zaman yang serba modern pada saat ini, sudah jarang sekali kita melihat anak-anak kecil yang masih memainkan permainan tradisional. Perkembangan teknologi yang sudah cukup maju membuat minat anak-anak terhadap permainan tradisional mulai luntur. Permainan tradisional tidak dapat dipandang hanya sebagai permainan semata. Permainan tradisional sarat dengan nilai edukasi. 
Permainan tradisional adalah segala bentuk permainan yang hidup dan terpelihara dalam suatu kelompok masyarakat. Permainan tradisional mungkin dianggap ketinggalan zaman oleh generasi milenial. Merasa lebih bangga untuk memainkan gawai atau peralatan canggih lainnya. Kenyataannya, salah satu permainan tradisional pada masyarakat Desa Balingasal yaitu layang-layang masih tetap bertahan ditengah-tengah munculnya berbagai jenis permainan seiring dengan berkembangnya teknologi.

Pandemi Covid-19 tidak menghalangi aktivitas dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, salah satu kegiatan dalam mengisi waktu yaitu dengan permainan tradisional layang-layang. Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional yang menyenangkan dan seru, biasanya layang-layang berbentuk seperti belah ketupat. Kerangka layangan terbuat dari bambu kemudian di diberi lembaran bahan tipis (plastik) yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang nilon. Biasanya anak-anak Balingasal bermain layang-layang saat musim kemarau tiba dipersawahan warga setempat. Tidak hanya anak-anak, orang dewasa sampai orang tua pun ikut bermain layang-layang.

Ada berbagai macam jenis layangan yang dimainkan. Setiap daerah memiliki layang-layang berbeda. Di masyarakat Balingasal, layang-layang ini disebut pethekan. Selain itu, ada jenis lain juga yang dinamakan sendaren. Sendaren adalah salah satu kreasi layangan yang unik karena bisa di bentuk sesuai keinginan, menghasilkan bunyi yang dibuat dari pita layangan, dan pada malam hari layangan ini diberi lampu hias agar lebih menarik. Dengan berbagai kreativitas yang ada membuat anak-anak semakin antusias untuk bermain layang-layang.
Bermain layang-layang tidak hanya sebagai hiburan saja namun bisa dijadikan sebagai alternatif usaha ditengah pandemi sekarang ini.

Peluang ini dimanfaatkan oleh Cipto Yitno (70), anak anak Balingasal biasanya memanggilnya Mbah Cip. Walaupun usia sudah tua tidak menghalangi semangat Mbah Cip untuk terus bekerja kerasa dengan kemampuan kreativitas yang dimilikinya. Mbah Cip dikenal sebagai seorang pengrajin di Balingasal. Setiap harinya Mbah Cip mampu membuat 5-6 sendaren yang dikerjakan secara mandiri. Sendaren ini dijual dengan harga 25.000-50.000 rupiah padahal hanya bermodalkan bambu, plastik, dan tali nilon, tetapi dapat meningkatkan nilai jual. 

Permainan tradisional layang-layang ini memiliki tempat yang penting dalam kehidupan masyarakat dan berguna untuk menanamkan sikap dan keterampilan, di samping untuk penyaluran kreativitas di waktu luang dan wadah hiburan. Maka dari itu, perlu diperhatikan keberadaannya karena permainan ini juga merupakan salah satu aset budaya bangsa.

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Arsip Berita Desa

Statistik Pengunjung